Rabu, 10 Oktober 2018

ZAMAN PENJAJAHAN

Pengertian Kolonialisme dan Imperialisme

Kolonialisme adalah suatu usaha untuk melakukan sistem permukiman warga dari suatu Negara diluar wilayah Negara induknya atau Negara asalnya.


Imperialisme adalah usaha memperluas wilayah kekuasaan atau jajahan untuk mendirikanimperium atau kekaisaran.

Bangsa Portugis dan Spanyol

Bangsa Spanyol mulai menjelajahi samudera kearah Timur pada abad 15-16.
  • Vasco da Gama (1497-1498)
  • Bartholomeus Diaz (1486)
  • Pedro Alvares Cabrel (1500)
  • Alfonso d’Albuquerque (1505)
  • Franciscus Xaverius (1550)
  • Cristophorus Columbus(1492)
  • Magellan–delCano (1519)
  • Ferdinand Cortez (1519)
  • Francisco Pizarro (1522-1532)
Bangsa Inggris

Pada masa pemerintahan Ratu Elizabeth I, sekitar tahun 1607, telah terjadi perpindahan penduduk secara besar-besaran dari Inggris ke Amerika Utara. Pelaut Inggris yang terkenal adalah SirFrancis Drake (1577-1580)

Bangsa Belanda

Pelaut Belanda, yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman, mengikuti jejak pelaut Eropa lainnya dalam menelusuri daerah-daerah sepanjang pantai barat Afrika dan Asia Selatan, serta berhasil mendarat dipelabuhan Banten pada tahun 1596. VOC berdiri pada tahun 1602.

Bangsa Perancis

Beberapa alasan penjelajahan samudera yang dilakukan oleh bangsa adalah sebagai berikut:
  1. Mencari daerah penghasil rempah-rempah secara langsung.
  2. Mencari harta, serta mencari emas dan perak (gold).
  3. Menyebarkan agama Nasrani (gospel).
  4. Mencari keharuman nama, kejayaan, dan kekuasaan(glory).
Kolonialisme dan Imperialisme Barat di Indonesia

Bentuk praktik Kolonialisme dan Imperialisme seperti menguasai perdagangan secara tunggal (monopoli) dan merampas atau menjelajah suatu negeri.

1. Bangsa Portugis Menjajah Indonesia

Pada tahun 1512, bangsa Portugis yang dipimpin oleh Fransisco Serrao mulai berlayar menuju Kepulauan Maluku. Bahkan pada tahun 1521, Antonio de Brito diberi kesempatan untuk mendirikan kantor dagang dan beneng Santo Paolo di Ternate sebagai tempat berlindung dari serangan musuh. Orang-orang Portugis yang semula dianggap sebagai sahabat rakyat ternate berubah menjadi pemeras dan musuh.

2. Bangsa Spanyol Menjelajah Indonesia

Pelaut Spanyol berhasil mencapai Kepulauan Maluku pada tahun 1521 setelah terlebih dahulu singgah di Filipina disambut baik oleh rakyat Tidore. Bangsa Spanyol dimanfaatkan oleh rakyat Tidore untuk bersekutu dalam melawan rakyat Ternate. Maka pada tahun1534, diterbitkan perjanjian Saragosa (tahun 1534) yang isinya antara lain pernyataan bahwa bangsa Spanyol memperoleh wilayah perdagangan di Filipina sedangkan bangsa Portugis tetap berada di Kepulauan Maluku.

Bangsa Belanda Menjajah Indonesia

Proses penjajahan bangsa Belanda terhadap Indonesia memakan waktu yang sangat lama, yaitumulai dari tahun 1602 sampai tahun 1942. Penjelajahan bangsa Belanda di Indonesia, diawali olehberdirinya persekutuan dagang Hindia Timur atau Vereenigde Oost Indische Campagnie (VOC).

Masa VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie)

Penjelajahan Belanda, Cornelisde Houtman, mendarat kali pertama di Indonesia pada tahun1596. Pada tahun 1598, bangsa Belanda mendarat di Banten untuk kali kedua dan dipimpin olehJacob Van Neck. Upaya Inggris untuk mengatasi persaingan dagang yang semakin kuat diantarasesamapendatang dengan mendirikan dan menyaingi persekutuan dagang Inggris di India dengannama East India Company (EIC).

Pada tahun 1619, kedudukan VOC dipindahkan ke Batavia (sekarang Jakarta) dan diperintah oleh Gubernur Jenderal Jan Pieter Zoon Coen ditujukan untuk merebut daerah dan memperkuat diri dalam persaingan dengan persekutuan dagang milik Inggris (EIC) yang sedang konflik dengan Wijayakrama (penguasa Jayakarta) disebut sebagai “zaman kompeni”. VOC memperoleh piagam (charter), secara umum, menyatakan bahwa VOC diberikan hak monopoli dagang di wilayah sebelah timur Tanjung Harapan. Pada abad ke-18, VOC mengalami kemunduran dan tidak dapat melaksanakan tugas dari pemerintah Belanda.

Faktor penyebab kemunduran VOC adalah sebagai berikut:
  • Banyaknya jumlah pegawai VOC yang korupsi.
  • Rendahnya kemampuan VOC dalam memantau monopoli perdagangan.
  • Berlangsungnya perlawanan rakyat secara terus-menerus dari berbagai daerah di Indonesia.Pada tanggal 31 Desember 1799, VOC resmi dibubarkan dan pemerintah Belanda (saat itu republik Bataaf) mencabut hak-hak VOC. Pada tahun 1806, terjadi perubahan politik di Eropa hingga republik Bataaf dibubarkan dan berdirilah Kerajaan Belanda yang diperintah oleh Raja Louis Napoleon.
Masa Deandels (1808-1811)

Belanda pada saat itu, mengangkat Herman Willem Daendels (1808) sebagai gubernur jenderal Hindia Belanda. Daendels dikenal sebagai penguasa yang disiplin dan keras sehingga mendapatkan sebutan “Marsekal Besi” atau “Jenderal Guntur”. Langkah-langkah yang ditempuh Daendels yaitu:

1. Melakukan pembangunan fisik
  • Membangun pabrik senjata.
  • Membangun benteng pertahanan.
  • Menarik penduduk pribumi untuk menjadi tentara.
  • Membangun pangkalan armada laut di Anyer dan UjungKulon.
  • Membangun jalan raya dari Anyer (Banten) sampai Panarukan (Jawa Timur) sepanjang 1.000 km, yang kemudian terkenal dengan sebutan “Jalan Raya Daendels”.
2. Melakukan pembangunan ekonomi
  • Memungut pajak hasil bumi dari rakyat (contingenten).
  • Menjual tanah negara kepada pihak swasta asing.
  • Mewajibkan rakyat Priangan untuk menanam kopi (Preanger Stelsel).
  • Mewajibkan rakyat pribumi untuk menjual hasil panennya kepada Belanda dengan harga murah (verplichte leverentie).
Akhirnya, pada tahun 1811, Herman WillemDaendels digantikan oleh Gubernur Jenderal Janssens.

Masa Janssens

Tugas sebagai Gubernur Jenderal, Janssens ternyata tidak secakap Daendels (baik dalam memerintah maupun dalam mempertahankan wilayah Indonesia). Janssens ternyata tidak siap untuk mengimbangi kekuatan dan serangan Inggris, sehingga Janssens menyerah pada 18 September 1811 dan dipaksa untuk menandatangani perjanjian di Tuntang (Salatiga).

Bangsa Inggris Menjajah Indonesia (1811-1816)

Pemerintah Inggris mulai menguasai Indonesia sejak tahun 1811 pemerintah Inggris mengangkat Thomas Stamford Raffles (TSR) sebagai Gubernur Jenderal di Indonesia. Ketika TSR berkuasa sejak 17 September 1811, ia telah menempuh beberapa langkah yang dipertimbangkan, baik di bidang ekonomi, sosial, dan budaya. Penyerahan kembali wilayah Indonesia yang dikuasai Inggris dilaksanakan pada tahun 1816 dalam suatu penandatanganan perjanjian. Pemerintah Inggris diwakili oleh John Fendall, sedangkan pihak dari Belanda diwakili oleh Van Der Cappelen. Sejak tahun 1816, berakhirlah kekuasaan Inggris di Indonesia.

Masa Sistem Tanam Paksa

Pemerintah Belanda untuk menutup kekosongan kas keuangan negara, satu di antaranya adalah dengan menerapkan aturan tanam Paksa (Cultuurstelsel). Tanam paksa berasal dari bahasa Belanda yaitu Cultuurstelsel (sistem penanaman atau aturan tanam paksa). Aturan tanam paksa di Indonesia adalah Johannes Van Den Bosch.

Isi Aturan Tanam Paksa
  • Tuntutan kepada setiap rakyat Indonesia agar menyediakan tanah pertanian untuk cultuurstelsel tidak melebihi 20% atau seperlima bagian dari tanahnya untuk ditanami jenis tanaman perdagangan.
  • Pembebasan tanah yang disediakan untuk cultuurstelsel dari pajak, karena hasil tanamannya dianggap sebagai pembayaran pajak.
  • Rakyat yang tidak memiliki tanah pertanian dapat menggantinya dengan bekerja di perkebunan milik pemerintah Belanda atau dipabrik milik pemerintah Belanda selama 66 hari atau seperlima tahun.
  • Waktu untuk mengerjakan tanaman pada tanah pertanian untuk Culturstelsel tidak boleh melebihi waktu tanam padi atau kurang lebih 3 (tiga) bulan
  • Kelebihan hasil produksi pertanian dari ketentuan akan dikembalikan kepada rakyat
  • Kerusakan atau kerugian sebagai akibat gagal panen yang bukan karena kesalahan petani seperti bencana alam dan terserang hama, akan di tanggung pemerintah Belanda
  • Penyerahan teknik pelaksanaan aturan tanam paksa kepada kepala desa
Pelaksanaan Aturan Tanam Paksa

Tanam paksa sudah dimulai pada tahun 1830 dan mencapai puncak perkembangannya hinggatahun 1850. Pada tahun 1860, penanamanlada dihapuskan. Pada tahun 1865 dihapuskan untukmenanam nila dan teh. Tahun 1870, hampir semua jenis tanaman yang ditanam untuk tanam paksadihapuskan, kecuali tanaman kopi. Pada tahun 1917, tanaman kopi yang diwajibkan didaerah Priangan juga dihapuskan.

Reaksi terhadap Pelaksanaan Aturan Tanam Paksa

Antara tahun 1850-1860, terjadi perdebatan. Kelompok yang menyetujui terdiri dari pegawai-pegawai pemerintah dan pemegang saham perusahaan Netherlandsche Handel Maatsschappij (NHM). Pihak yang menentang terdiri atas kelompok dari kalangan agama dan rohaniwan. Pada tahun 1870, perekonomian Hindia Belanda (Indonesia) mulai memasuki zaman liberal hingga tahun 1900.

Masa Liberalisme

Politik Pintu Terbuka di Indonesia berlangsung antara tahun 1870 hingga tahun 1900, periode ini disebut sebagai zaman berpaham kebebasan (liberalisme). Pemerintah Hindia Belanda memberlakukan peraturan seperti Undang-undang Agraria (Agrarische Wet) dan Undang-undang Gula (Suiker Wet).

Undang-undang Agraria (Agrarische Wet), undang Agraria berisi pernyataan bahwa semua tanah yang terdapat di Indonesia adalah milik pemerintah Hindia Belanda.

Undang-Undang Gula (Suiker Wet), undang-undang gula berisi pernyataan bahwa hasil tanaman tebu tidak boleh diangkut ke luar wilayah Indonesia dan hasil panen tanaman tebu harus di proses di pabrik-pabrik gula dalam negeri.

Pada akhir abad ke-19, ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia semakin maju, termasuk kemajuan dibidang kesehatan.

Pengaruh Kolonialisme dan Imperialisme Barat di Berbagai Daerah di Indonesia.

Kolonialisme dan Imperialisme mulai merebak di Indonesia sekitar abad ke-15, yaitu diawali dengan pendaratan bangsa Portugis di Malaka dan bangsa Belanda yang dipimpin Cornelis de Houtmen pada tahun 1596, untuk mencari sumber rempah-rempah dan berdagang.

Perlawanan Rakyat terhadap Portugis

Kedatangan bangsa Portugis ke Semenanjung Malaka danke Kepulauan Maluku merupakanperintah dari negaranya untuk berdagang.

1. Perlawanan Rakyat Malaka terhadap Portugis

Pada tahun 1511, armada Portugis yang dipimpin oleh Albuquerque menyerang Kerajaan Malaka. Untuk menyerang kolonial Portugis di Malaka yang terjadi pada tahun 1513 mengalami kegagalan karena kekuatan dan persenjataan Portugis lebih kuat. Pada tahun 1527, armada Demak di bawah pimpinan Falatehan dapat menguasai Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Armada Portugis dapat dihancurkan oleh Falatehan dan ia kemudian mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta (Jakarta)

2. Perlawanan rakyat Aceh terhadap Portugis

Mulai tahun 1554 hingga tahun 1555, upaya Portugis tersebut gagal karena Portugis mendapat perlawanan keras dari rakyat Aceh. Pada saat Sultan Iskandar Muda berkuasa, Kerajaan Aceh pernah menyerang Portugis di Malaka pada tahun 1629.

3. Perlawanan Rakyat Maluku terhadap Portugis

Bangsa Portugis kali pertama mendarat di Maluku pada tahun 1511. Kedatangan Portugis berikutnya pada tahun 1513. Akan tetapi, Tertnate merasa dirugikan oleh Portugis karena keserakahannya dalam memperoleh keuntungan melalui usaha monopoli perdagangan rempah-rempah.

Pada tahun 1533, Sultan Ternate menyerukan kepada seluruh rakyat Maluku untuk mengusir Portugis di Maluku. Pada tahun 1570, rakyat Ternate yang dipimpin oleh Sultan Hairun dapat kembali melakukan perlawanan terhadap bangsa Portugis, namun dapat diperdaya oleh Portugis hingga akhirnya tewas terbunuh di dalam Benteng Duurstede. Selanjutnya dipimpin oleh Sultan Baabullah pada tahun 1574. Portugis diusir yang kemudian bermukim di Pulau Timor.

Perlawanan Rakyat terhadap Belanda (VOC)

Persekutuan dagang Hindia Timur milik pemerintah Belandadi Indonesia adalah Vereenigdeoost Indische Compagnie (VOC) yang berdiri tahun 1602.

1. Perlawanan Rakyat Mataram

Perlawanan Rakyat Mataram Pertama dilakukan pada bulan Agustus 1628 yang dipimpin olehTumenggung Bahurekso. Perlawanan Rakyat Mataram Ke dua dilaksanakan tahun 1629 dan dipimpinoleh Dipati Puger dan Dipati Purbaya. Pasukan Mataram tetap menyerbu Batavia dan berhasilmenghancurkan benteng Hollandia, dilanjutkan ke benteng Bommel tetapi belum berhasil.

Perlawanan rakyat selanjutnya dipimpin oleh Trunojoyo, putra Bupati Madura. Namun setelah Trunojoyo tertangkap dan dijatuhi hukum mati (tahun 1679), Kerajaan Mataram selalu mendapat pengaruh dari pemerintah Hindia Belanda.

Perlawanan Untung Suropati, Untung Suropati adalah putra Bali yang menjadi prajurit kompeni di Batavia antara tahun 1686 sampai 1706, pada 1706, wilayah pertahanan Untung Suropati diserbu oleh Kompeni Belanda. Untung Suropati gugur di Bangil dan Amangkurat III atau Sunan Master tangkap, diasingkan ke Sri Langka.

Perlawanan Pangeran Mangkubumi dan Mas Said, Tahun 1749, Pangeran Mangkubumi (adik dari Pakubuwana II) bekerjasama dengan Mas Said (Pangeran Samber Nyawa) melakukan perlawanan terhadap pakubuwana II dan VOC. Pada tahun 1751, pasukan kompeni yang dipimpin Mayor De Clerx, dapat dihancurkan. Perlawanan Mangkubumi dan Mas Said diakhiri dengan Perjanjian Giyanti (tahun 1755) dan Perjanjian Salatiga (tahun 1757).

2. Perlawanan Rakyat Banten

Perlawanan rakyat Banten dibangkitkan oleh Abdul Fatah (Sultan Ageng Tirtayasa) dan putranya Pangeran Purbaya. Tahun 1659, perlawanan rakyat Banten mengalami kegagalan. 1683, VOC menerapkan politik domba (devide et impera) antara Sultan Ageng Tirtayasa dengan putranya yangbernama Sulatan Haji. Sultan Haji yang dibantu oleh VOC dapat mengalahkan Sultan Ageng Tirtayasamenghasilkan kompensasi. 1750, terjadi perlawanan rakyat banten terhadap Sultan Haji.

3. Perlawanan Rakyat Makassar

Perlawanan terhadap kolonialisme Belanda dilakukan oleh Kerajaan Gowa dan Tallo, yang kemudian bergabung menjadi Kerajaan Makassar. Kerajaan Makassar, mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintah Sultan Hasanuddin tahun 1654-1669.

Pertempuran pertama terjadi pada tahun 1633. Pada tahun 1654 diawali dengan perilaku VOC yang berusaha menghalang-halangi pedagang yang akan masuk maupun keluar Pelabuhan Makassar mengalami kegagalan. Pertempuran ketiga terjadi tahun 1666-1667, pasukan kompeni dibantu oleh pasukan Raja Bone (Aru Palaka) dan pasukan Kapten Yonker dari Ambon. Angakatan laut VOC, yang dipimpin oleh Spleeman.

Pasukan Aru Palaka mendarat di Bonthain dan berhasil mendorong suku Bugis agarmelakukan pemberontakan terhadap Sultan Hasanudin. Penyerbuan ke Makassar dipertahankanoleh Sultan Hasanudin. Sultan Hasanudin terdesak dan dipaksa untuk menandatangani perjanjianperdamaian di Desa Bongaya pada tahun 1667.

Faktor penyebab kegagalan rakyat Makassar adalah keberhasilan politik adu domba Belandaterhadap Sultan Hasanudin dengan Aru Palaka membantu Trunojoyo dan rakyat Banten setiapmelakukan perlawanan terhadap VOC.

4. Perlawanan rakyat Maluku

Perlawanan di Ternate

Pertama pada tahun 1635 yang dipimpin oleh Kakiali. Kemudian pada tahun 1646 kembali terjadi perlawanan rakyat Ternate terhadap VOC, yang dipimpin oleh Teluka besi. Pada tahun 1650, rakyat Ternate yang dipimpin oleh Saidi mengalami kegagalan.

Perlawanan di Tidore

Tidore dipimpin oleh Kaicil Nukuatau Sultan Nuku. Perlawanan fisik dan perundingan berhasil mengusir Belanda, mengusir Kolonial Inggris dari Tidore.

Perlawanan oleh Patimura

Bulan Mei 1817, meletus perlawanan rakyat Maluku di Saparua yang dipimpin oleh Thomas Mattulessy atau Kapitan Pattimura. Benteng kompeni Duurstededi Saparua diserbu dan direbut rakyat Maluku. Meluas hingga ke Ambon dan ke pulau–pulau sekitarnya, dikuasai oleh Kapitan Pattimura, Anthony Rybok, Paulus-paulus Tiahahu, Martha Christina Tiahahu, Latumahina, Said Perintah dan Thomas Pattiwael, kewalahan perlawanan rakyat Pattimura pada tahun 1817 mendantangkan pasukan Kompeni dari Ambon yang dipimpin oleh kapten Lisnet. Pada Oktober 1817, kompeni menyerang rakyat Maluku secara besar-besaran, menangkap Kapitan Pattimura (tahun 1817) dihukum mati pada tanggal 16 Desember 1817.

Reaksi-reaksi Rakyat Indonesia Terhadap Kolonialisme Belanda dalam Bentuk Perang Besar

1. Perang Padri (1821-1837)

Terjadi di Sumatera Barat atau di tanah Minangkabau. Perselisihan antara kaum Padri dengankaum Adat yang kemudian mengundang campur tangan pihak Belanda. Perang Padri pertama (tahun 1821-1825) dan perang Padri kedua (tahun 1830-1837)

Perang Padri Pertama (tahun 1821-1825)

Kaum Padri dipimpi oleh Datok Bandaro bertempur melawan kaum Adat yang dipimpin oleh Datuk Jati. Setelah Datuk Bandaro meninggal dunia, pucuk pimpinan dipegang oleh Malim Basa (Tuanku Imam Bonjol) dan dibantu oleh Tuanku Pasaman, Tuanku Nan Renceh, Tuanku Nan Cerdik, dan Tuanku Nan Gapuk. Tahun 1821, kaum Padri menyerbu pos Belanda disemawang dan mengacaukan kedudukan Belanda di daerah Lintau. Belanda membangun benteng nama Firt van der Capllen. Pada 1825, kedudukan Belanda mulai sulit karena harus berhadapan dengan kaum Padri dan juga harus menghadapi pasukan Diponegoro.

November 1825, Belanda dan Kaum Padri menandatangani perjanjian damai yang berisi tentangpengakuan Belanda atas beberapa daerah sebagai wilayah kaum Padri dan untuk sementarapeperangan gelombang pertama berakhir.

Perang Padri Gelombang ke Dua (tahun 1830-1837)

1829, di daerah pariaman. 1830, kaum Adat mulai banyak membantu kaum Padri dan kedua kaum tersebut menyadari bahwa perlunya kerja sama. Perang antara rakyat Minangkabau melawan penjajah Belanda.

1831, penyerangan terhadap belanda di daerah Muarapalam. 1832, dipimpin oleh Tuanku Nan Cerdik dan Tuanku Imam Bonjol melakukan penyerangan pos Belanda di Mangopo. 1833, terjadi pertempuran besar di daerah Agam. 1834 hingga tahun 1835, pemerintah Belanda mulai mengepung benteng Bonjol. Pada tanggal 25 Oktkober 1837, benteng pertahanan Kota Bonjol jatuh ke tangan Belanda. Imam Bonjol diasingkan ke Cianjur, kemudian dipindahkan ke Minahasa hingga wafat dan dimakamkan di Pineleng.

2. Perang Diponegoro

Di lingkungan istana terdapat golongan yang memihak Belanda, banyak juga yang menentang Kolonial Belanda, seperti Pangeran Diponegoro (putra Sultan Hamengku Buwono III). Kecurigaan yang berlebihan ini pada akhirnya menimbulkan permusuhan dan peperangan yang disebut perang Diponegoro.

PenyebabUmum Perang Diponegoro:

  • Semakin menderitanya rakyat akibat kerja rodi dan berbagai macam pajak
  • Semakin sempitnya wilayah Kerajaan Mataram akibat dikuasai Belanda.
  • Selalu ikut campurnya Belanda dalam urusan pemerintahan Kerajaan Mataram.
  • Masuknya budaya barat ke dalam keraton yang bertentangan dengan ajaran agama.
  • Kecewanya kaum bangsawan akan aturanVan der Capellenyang melarang usaha perkebunan swasta di wilayah Kerajaan Mataram.
  • Munculnya pejabat Kerajaan Mataram yang membantu pihak Belanda demi keuntungan pribadi.
Penyebab Khusus Perang Diponegoro

Dipengaruhi oleh persoalan pribadi. Terjadi pada tahun 1825, tindakan sewenang-wenang Belanda yang telah memasang tonggak untuk membangun jalan raya yang melintasi makam leluhur Pangeran Diponegoro tanpa izin. Perang antara Pangeran Diponegoro dengan Belanda dibantu oleh Kasunanan Surakarta, Mangkunegaran, dan Kesultanan Yogyakarta.

Menggunakan strategi atau siasat perang gerilya, pusat pertahanan yang selalu berpindah pindah seperti di Gua Selarong, Dekso, lereng Gunung Merapi, dan Bagelan (Purworejo). Terbukti bahwa pada tahun 1825 sampai 1826, pasukan diponegoro memperoleh kemenangan hingga dapat merebut daerah Pacitan, Purwodadi, dan Klaten.

Penggunaan sistem Benteng Stelsel oleh Belanda mempersulit pergerakan pasukan Diponegoro dan hubungan komunikasi antar pasukan. Pada tahun 1828, Kiai Mojo bersedia untuk diajak berunding oleh pihak Belanda namun gagal dan justru ia ditangkap dan diasingkan ke Minahasa sampai wafat pada tahun 1849. Jenderal De Kock mengajak berunding Sentot Alibasa berunding oleh pihak Belanda namun gagal dan justru ia ditangkap dan diasingkan ke Minahasa menyerah, ia dituduh memihak kaum Padri sehingga akhirnya ia diasingkan ke Cianjur dan kemudian dipindahkan ke Bengkulu hingga wafat pada tahun 1855.

Pangeran Mangkubumi menyerah pada tahun 1829 dan putranya sendiri yang bernama Dipokusumo beserta patihnya menyerah pula pada tahun 1830. Jendral de kock ditanggapi positif oleh Pangeran Diponegoro dan disepakati bersama bahwa perundingan akan dilaksanakan pada tanggal 28 Maret 1830 di kota Magelang. Pangeran Diponegoro dibawa ke Semarang dan Batavia kemudian diasingkan lagi ke Manado. Ia kembali dipindahkan ke Makassar hingga wafat pada tanggal 8 januari 1855.

3. Perlawanan rakyat Aceh (1873-1904)

Aceh merupakan salah satu kerajaan di Indonesia yang kuat dan masih tetap bertahan hingga abad ke-19. Berdasarkan Traktat London tahun 1824 bangsa Inggris dan Belanda yang sudah pernah berkuasa di Indonesia harus saling sepakat untuk menghormati keberadaan kerajaan Aceh.

Pada bulan Maret 1873, perangnya ke Kutaraja atau Banda Aceh di bawah pimpinan Jendral Kohler, berusaha merebut dan menduduki ibu kota dan Istana Kerajaan Aceh. Kerajaan Aceh berhasil, tetapi dalam pertempuran tersebut Jendral Kohler tewas tertembak. Mengawali terjadinya perang Aceh yang berkepanjangan mulai tahun 1873 sampai 1904. pasukan Belanda melaksanakan operasi Konsentrasi Stelsel sambil menggertak para pemimpin Aceh agar menyerah. Beberapa pimpinan utama Aceh seperti Teuku Cik Di Tiro, Cut Nya’ Din, Panglima Polim, dan Cut Meutia (bersama-sama dengan rakyat Aceh) untuk melancarkan serangan umum.

Setelah Teuku Cik Di Tiro sebagai pemimpin utama Aceh Wafat. Pucuk pimpinan dilanjutkan oleh Teuku Umar dan Panglima Polim. Pada tahun 1893, Teuku Umar beserta pasukannya memanfatkan kelengahan Belanda dengan tujuan mendapatkan senjata. Disambut baik dan mendapat gelar Teuku Johan pahlawan. Pada tahun 1896, Teuku Umar bergabung kembali dengan rakyat Aceh dengan membangun markas pertahanan Meulaboh.

Peristiwa Teuku Umar yang berhasil menyiasati Belanda dipandang sebagai kesalahan besar Deykerhoff sebagai gubernur militer. Digantikan oleh Jendral Van Heutsz. Belanda memeberi tugas kepada Dr. Snock Hurgronje untuk menyelidiki perilaku masyarakat Aceh. Dr. Snock Hurgronje dalam menjalankan tugasnya menggunakan nama smaran, yaitu Abdul gafar.

Untuk mengalahkan Aceh, lebih cepat dan tepat, Belanda menggunakan Strategi sebagai berikut:

  • Menghancurkan dan menangkap seluruhpemimpin dan ulama dari pusat
  • Membentuk pasukan gerak cepat (marschose marechausse)
  • Semua pemimpin dan ulama yang tertangkap harus menandatangani perjanjian
  • Setelah melakukan operasi militer, Belanda mengikuti kegiatan perdamaian rehabilitasi (pasifikasi)
  • Bersikap lunak terhadap para bangsawan.
Atas usulan Dr. Snock Hurgronje, pemerintah Belanda memberi tugas kepada Jendral militer Van Heutsz. Pada tahun 1899, pasukan gerak cepat pimpinanVan Heutsz melakukan penyerangan. Belanda menyandera keluarga raja dan keluarga Panglima Polim. Perlawanan Aceh berikutnya dilanjutkan oleh Cut Meutia, tetapi perlawanan ini dapat dipadamkan dan pada tahun 1904 perang Aceh dinyatakan berakhir.

4. Perlawanan rakyat Bali

Keinginan Belanda untuk menguasai Bali dimulai sejak tahun 1841 dan seluruh raja di Bali dipaksa menandatangani perjanjian yang isinya agar raja di Bali mengakui dan tunduk kepada pemerintah Belanda.

Keinginan Belanda untuk menguasai Bali selalu tidak berhasil karena Bali masih bersifat konservatif (masih berlaku adat/ tradisi). Pada tahun 1844, kapal Belanda terdampar di pantai Buleleng dan dikenakan hukum tawan karang, yaitu setiap kapal yang terdampar di pantai kekuasaan kerajaan akan menjadi hak milik kerajaan tersebut. Belanda turut campur urusan kerajaan di Bali dengan mengajukan tuntutan dengan isi sebagai berikut.

  • Membebaskan Belanda dari hukum Tawan Karang.
  • Kerajaan Bali mengakui pemerintahan Hindia Belanda.
  • Kerajaan Bali melindungi perdagangan milik pemerintah Belanda.
  • Semua raja di Bali harus tunduk terhadap semua perintah Kolonial Belanda.
  • Sehingga pada tahun 1846 Belanda menyerang wilayah Bali Utara dan memaksa Raja Buleleng untuk menandatangani perjanjian perdamaian
  • Benteng Kerajaan Buleleng agar dibongkar.
  • Pasukan Belanda ditempatkan di Buleleng.
  • Biaya perang harus ditanggung oleh Raja Buleleng.
Pada tahun 1848, raja-raja di Bali tidak lagi mematuhi kehendak Belanda. Pos-pos pertahanan Belanda di Bali diserbu dan semua senjata dirampas oleh gusti Jelantik. Pada tahun 1849, pasukan belanda datang dari Batavia untuk menyerbu dan menguasai seluruh pantai Buleleng dan menyerbu benteng Jagaraga. Sejak runtuhnya Kerajaan Buleleng, perjuangan rakyat Bali mulai lemah. Meskipun demikian, Kerajaan Karangasem dan Klungkung masih berusaha melakukan perlawanan terhadap Belanda.

5. Perlawanan Rakyat Palembang (1819-1825)

Sultan Badaruddin dahulu pernah menjadi Sultan Palembang dan kemudian diturunkan secara paksa oleh pemerintah Inggris ketika masih berkuasa di Indonesia yaitu digantikan oleh Sultan Najamuddin. Tahun 1819 Sultan Badaruddin selalu menghalangi setiap kapal Belanda yang memasuki sungai Musi. Pada tahun 1821, Belanda dapat menguasai ibukota Palembang dan menangkap Sultan Badaruddin. Sultan Badaruddin diasingkan ke Ternate. Perlawanan rakyat Palembang sering terjadi pada tahun 1825.

6. Perlawanan Rakyat Banjar (1859-1863)

Yang menjadi daya tarik Belanda untuk menguasai Kalimantan Selatan yang saat itu diperintah oleh Sultan Hidayat. Untuk menguasai Banjarmasin adalah dengan melakukan operasi militer pada tahun 1859. Dalam pertempuran itu, Sultan Hidayat tertangkap oleh Belanda dan diasingkan ke Cianjur, Jawa Barat. Upaya Belanda untuk menguasai Banjamasin mengalami kesulitan rakyat berupa untuk mempertahankan wilayahnya dan setiap kapal Belanda yang memasuki pedalaman Banjarmasin (melalui Sungai Barito) akan dibakar oleh rakyat setempat. Pada tahun 1863, pasukan Belanda melancarkan serangan bertubi-tubi ke seluruh wilayah Banjarmasin, sehingga Pangeran Antasari gugur.

7. Perlawanan Rakyat Tapanuli (1878-1907)

Sekitar tahun 1873, bangsa Belanda mulai memasuki daerah Tapanuli Utara dengan alasan memadamkan aktivitas pejuang-pejuang Padri dan para pemimpin dari Aceh. Pada tahun 1878, Belanda mulai melancarkan gerakan militernya untuk menyerang daerah Tapanuli, sampai pada akhirnya meletuslah Perang Tapanuli. Perang Tapanuli yang diawali dengan operasi militer yang dilakukan oleh Jenderal Van Daalendi pedalaman Aceh tahun 1903-1904. Serdadu Belanda yang mulai berdatangan di daerah di Sumatera Utara dibendung oleh rakyat Tapanuli yang dipimpin olehRaja Sisingamangaraja XII.

Politik Etis

Pencetus politik etis (politik balas budi) ini adalah Van Deventer. Van Deventer memperjuangkan nasib bangsa Indonesia dengan menulis karangan dalam majalah De Gidsyang berjudul Eeu Eereschuld (Hutang Budi). Menurut Van Deventer, ada tiga cara untuk memperbaiki nasib rakyat tersebut yaitu memajukan:

  1. Edukasi (pendidikan)
  2. Irigasi (pengairan)
  3. Emigrasi (perpindahan penduduk)
Usulan Van Deventer tersebut mendapat perhatian besar dari pemerintah Belanda. Dalam bidang irigasi (pengairan) diadakan pembangunan dan perbaikan. Emigrasi juga dilaksanakan oleh Pemerintah Belanda bukan untuk memberikan penghidupan yang layak serta pemerataan penduduk. Jelaslah bahwa pemerintah Belanda telah menyelewangkan politik etis. Usaha-usaha yang dilaksanakan baik edukasi, irigasi dan emigrasi dan kemiskinan rakyat Indonesia dapat memperbaiki jika bangsa Indonesia bebas merdeka dan berdaulat.

Organisasi Pergerakan Nasional

Nama Organisasi
Pembentukan
Tempat
Tokoh
Keterangan
Budi Utomo
20 Mei 1908
-
Dr. Wahidin Sudirohusodo,dr. Sutomo
Akhirnya melebur dengan PBI menjadi Gerindra
Sarekat Dagang Islam
1911
Surakarta
(JawaTengah)
Haji Samanhudi

Sarekat Islam
1912
Surabaya
(JawaTimur)
H. Oemar Said (H.O.S)Cokroaminoto
Akhirnya terbagi menjadi 2, yaitu SI Merah (basis PKI , pencetus : Semaun) dan SI Putih (Cokroaminoto)
Muhammadiyah
18 Nov 1912
Yogyakarta
K.H. Ahmad dahlan
Bergerak di bidang Pendidikan, Sosial Budaya
Indische Partij
25-Des-1912
Bandung
(Jawa Barat)
Tiga serangkai (E.F.E. Douwes dekker /Dr.Danudirja Setiabudi, Raden Mas Suwardi Suryaningrat /Ki Hajar Dewantara, Dr. Cipto Mangunkusumo)
Suwardi Suryadiningrat sempat membuat tulisan yang menggemparkan dengan judul "Alks Ik Een Nederlander Was / Jika aku seorang Belanda"
Indische Vereeniging
Okt-1908
Belanda
Noto Suroto
Merupakan cikal bakal dari Perhimpunan Indonesia
Trikoro Dharmo
7 Maret 1915



Taman Siswa
3 Juli 1922
Yogyakarta
R. M. Suwardi Suryaningrat /Ki Hajar Dewantara

Perhimpunan Indonesia
1925
-
Drs. Mohammad Hatta, Mr. Ahmad Subardjo, Sukiman, Ali Sastroamijoyo, Sunaryo, Sartono, Iwa Kusumasumantri
Majalah : Hindia Putra, lalumenjadi Indonesiamerdeka
Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI)
1926



Kongres Pemuda I
30 April – 2 Mei 1926
Jakarta
Muhammad Tabrani, Sumarto, Muhammad Yamin, bahder Djohan, Pinintoan
Hasil : Menanamkan semangat persatuan, namun antara organisasi pemuda belum bisadibentuk persatuan karenamasih kedaerahan.Menyetujui diadakannyaKoongres Pemuda II
Pemuda Indonesia
20-Feb1927
Bandung
(JawaBarat)
Sartono, Sunaryo, Sutan Syahrir, Suwiryo
-
Partai Nasional Indonesia (PNI)
4 Juli 1927
Bandung
(Jawa Barat)
Ir. Sukarno
Berasal dari Aglemen Studies Club. Karena dianggap berbahaya para pemimpinnya sempat ditangkap, disaat itu Ir.Soekarno menyuarakan pidatonya yang berjudul
"Indonesia Menggugat"
Partai Perempuan Indonesia (PPI)
1928



Kongres Perempuan Indonesia I
22-5 Des 1928
Yogyakarta


Kongres Pemuda II
27, 28 Okt 1928
Jakarta
Sugondo Joyopuspito, Joko Marsaid, Muhammad Yamin, Amir Syarifuddin
Hasil : Sumpah Pemuda.Pertama kalinya lagu Indonesia Raya dikumandangkan didepan publik
Partai
Perhimpunan Istri Indonesia
(PPII)
1929



Partai Indonesia
(Partindo)
30-Apr-1931
-
Mr. Sartono, Ir. Sukarno
Sebagai pengganti dari PNI yang telah bubar
Pendidikan Nasional Indonesia (PNI Baru)
1931

Drs. Mohammad Hatta, Sutan Syahrir
Pemimpin yang tidak setuju PNI bubar,kemudian mendirikan PNI Baru
Partai Indonesia Raya (Parindra)
1935
Surabaya
(JawaTimur)
Sutomo

Gerakan RakyatIndonesia
(Gerindo)
24 Mei 1937
Jakarta
Dr. Adnan Kapau Gani, Mr.Sartono, Mr. Wilopo, Mr.Mohammad Husni Thamri,Amir Syarifuddin

GabunganPolitik Indonesia
(GAPI)
1939
Jakarta
Sutarjo Kartohadikusumo
Gabungan antara Parindra, Gerindo, PSII dan Pasundan. Membentuk Kongres Rakyat Indonesia yang menuntut adanya Indonesia Berparlemen


PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA

Perang Pasiļ¬k meletus setelah Jepang mengebom pangkalan laut Amerika Serikat di Pearl Harbour. Terjadilah Perang Pasifik atau Perang Asia Timur Raya. Serangan ini terjadi pada 8 Desember 1941. Kemudian, negara-negara dalam Blok Sekutu menyatakan perang terhadap Jepang. Perang ini disebut dengan perang Asia Timur Raya. Dengan cepat Jepang menyerbu dan menduduki daerah yang dikuasai Inggris, Perancis, dan Amerika Serikat. Yakni Indochina, Myanmar, Filipina, danMalaysia. Jepang menjajah Indonesia selama 3,5 tahun.

Pada 8 Maret 1942, Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang di Kalijati, Subang (JawaBarat). Penyerahan kekuasaan dari Belanda kepada Jepang dilakukan oleh Letnan Jenderal N.Terpoorten kepada Letnan Jenderal Hitoshi Imamura. Dengan demikian, berakhirlah kekuasaan Belanda di Indonesia.

Setelah menguasai Indonesia, Jepang membagi wilayah Indonesia menjadi tiga wilayah pertahanan. Wilayah I (Jawa dan Madura), Wilayah II (Sumatra dan kepulauan di sekitarnya), dan Wilayah III (Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Bali, dan Nusa Tenggara).

Romusha

Sebab-sebab Pengerahan Tenaga Romusha

Pada Perang Dunia II, Jepang berada di bawah pemerintahan militer. Semua kebijakan politik, ekonomi, dan sosial, ditujukan untuk kepentingan perang melawan sekutu. Untuk kepentingan itu Jepang memerlukan banyak sumber daya alam dan tenaga manusia. Untuk memenuhi tenaga manusia, Jepang menerapkan sistem kerja paksa di negara jajahannya. Orang-orang dipaksa bekerja untuk kepentingan Jepang yang dinamakan romusha.

Akibat Pengerahan Tenaga Romusha

Pengerahan tenaga romusha menyebabkan penduduk Indonesia berkurang akibat meninggal dunia. Penderitaan itu meninggalkan rasa ketakutan bagi mereka yang pernah mengalaminya. Pendudukan Jepang di Indonesia membawa malapetaka bagi rakyat Indonesia. Propaganda dan janji-janji Jepang hanya tipuan belaka. Selama dijajah Jepang, rakyat Indonesia semakin miskin,bodoh, dan menderita.

Organisasi Bentukan Jepang

Gerakan Tiga A

Gerakan Tiga A merupakan organisasi pertama yang didirikanJepang. Organisasi ini didirikan pada 29 April 1942 sebagai tempat untuk menghimpun rakyat Indonesia dalam menghadapi kekuatan Barat. Gerakan Tiga A dipimpin oleh Mr. Samsudin. Arti Gerakan Tiga A adalah Jepang Pelindung Asia, Jepang Pemimpin Asia, dan Jepang Cahaya Asia.

Majelis A’la Indonesia (MIAI) dan Majelis Syura Muslimin Indonesia (Masyumi)

Majelis A’la Indonesia (MIAI) dan Majelis Syura Muslimin Indonesia (Masyumi) adalah organisasi-organisasi Islam yang didirikan oleh Jepang.

Pusat Tenaga Rakyat (Putera)

Pusat Tenaga Rakyat (Putera) didirikan pada 16 April 1943. Organisasi ini dipimpin oleh empat serangkai, yaitu Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan K.H. Mas Mansyur. Tujuan pembentukan organisasi ini adalah untuk mengajak tokoh-tokoh Indonesia membantu Jepang dalam berperang dengan sekutu. Bantuan tersebut dapat berupa tenaga atau pemikiran.

Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa)

Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa) didirikan pada 8 Januari 1944. Organisasi ini dipimpinlangsung oleh pejabat-pejabat Jepang. Jawa Hokokai terdiri atas berbagai macam hokokai profesi,antara lain Izi Hokokai (Himpunan Kebaktian Dokter), KJawa Hokokaiyoiku Hokokai (HimpunanKebaktian para Pendidik), Fujinkai (Organisasi Wanita), Keimin Bunka Syidosyo (Pusat Budaya), dan Hokokai Perusahaan.

Organisasi Militer Bentukan Jepang

Seinendan (Barisan Pemuda)

Seinendan dibentuk pada tanggal 29 April 1943. Anggotanya terdiri dari para pemuda yang berusia antara 14-22 tahun. Mereka dididik militer agar dapat menjaga dan mempertahankan tanah airnya dengan kekuatan sendiri. Akan tetapi tujuan yang sebenarnya ialah mempersiapkan pemuda untuk dapat membantu Jepang dalam menghadapi tentara Sekutu dalam Perang Asia Timur Raya.

Keibodan (Barisan Pembantu Polisi)

Keibodan dibentuk pada tanggal 29 April 1943. Anggotanya terdiri atas para pemuda yang berusia antara 26-35 tahun, dengan tugas seperti penjagaan lalu lintas, pengamanan desa dan lain-lain. Barisan ini di Sumatra disebut Bogodan, sedangkan di Kalimantan dikenal dengan nama Borneo Konan Hokokudan.

Heiho (Pembantu Prajurit Jepang)

Anggota Heiho ditempatkan dalam kesatuan tentara Jepang sehingga banyak dikerahkan kemedan perang.

Fujinkai (Barisan Wanita)

Fujinkai dibentuk pada bulan Agustus 1943. Anggotanya terdiri atas para wanita berusia 15 tahun ke atas. Mereka juga diberikan latihan-latihan dasar militer, dengan tugas untuk membantu Jepang dalam perang.

Jibakutai (Barisan Berani Mati)

Jibakutai dibentuk pada tanggal 8 Desember 1944. Barisan ini rupanya mendapatkan inspirasi dari pilot Kamikaze yang sanggup mengorbankan nyawanya dengan jalan menumbukkan pesawatnya kepada kapal perang musuh.

Pembela Tanah Air (PETA)

PETA dibentuk pada 3 Oktober 1943. Calon perwira PETA mendapatkan pelatihan di Bogor. Tujuan didirikannya PETA adalah untuk mempertahankan wilayah masing-masing. Tokoh-Tokoh Pergerakan Nasional.

Nama Organisasi
Pembentukan
Tokoh
Tujuan
Gerakan Tiga A
29 April 1942
Mr. Syamsudin
Menggerakkan rakyat Indonesia untukmendukung Jepang melawan sekutu.Semboyan Gerakan Tiga A:
-Nippon Cahaya Asia
-Nippon Pemimpin Asia
-Nippon Pelindung Asia
PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat)
9 Maret 1943
Empat serangkai
(drs. Mohammad Hatta, Ki Hajar Dewantara, Ir.Sukarno, K.H. Mas Mansyur
Mengerahkan tenaga rakyat Indonesia guna membantu Jepang berperang melawan Sekutu.
Jawa
Hokokai/ Himpunan Kebaktian Jawa
8 Januari 1944
Orang-orang Jepang, Ir. Sukarno,Hasyim Ashari
Menarik simpati rakyat dengan memanfaatkan para tokoh Indonesia. Anggota:
-Fujinkai/ Barisan Wanita
-Keimin Bunka Syidoso/ Pusat
Kebudayaan
-Izi Hokokai/ Himpunan Kebaktian
Para Dokter
-Kyoiku Hokokai/ Himpunan
Kebaktian Para Pendidik
-Himpunan Kebaktian Perpustakaan

Cuo Sangi In/ Badan Pertimbangan Pusat
05 September 1943
Ir. Sukarno
-Mengajukan usul kepada
pemerintah Jepang
-Menjawab pertanyaan pemerintah
Jepang mengenai masalah politik
-Memberi saran pemerintah Jepang
mengenai tindakan yang perludilakukan
Masyumi

K.H. Mas Mansyur, K.H. Hasyim Asyari
Untuk memikat golongan Islam
Heiho/ Pembantu Prajurit


Memanfaatkan pemuda Indonesia menjadi prajurit jepang
PETA/ Pembela Tanah Air
3 Oktober 1943
Gatot mangkupraja
Memberi latihan militer pemuda Indonesia untuk membantu tentara Jepang menghadapi serangan Sekutu


PERLAWANAN DAERAH-DAERAH TERHADAP JEPANG

1. Perjuangan Melawan Jepang di Aceh

Perlawanan rakyat Aceh terjadi di Cot Plieng. Perlawanan ini dipimpin oleh Teuku Abdul Jalil. Ia adalah seorang guru mengaji. Peristiwa ini berawal dari sikap tentara Jepang yang bertindak sewenang-wenang. Rakyat diperas dan ditindas. Jepang berusaha membujuk Teuku Abdul Jalil untuk berdamai. Namun, Teuku Abdul Jalil menolaknya. Akhirnya, pada 10 November 1942 Jepang menyerang Cot Plieng.

2. Perjuangan Melawan Jepang di Sukamanah (Singaparna)

Perlawanan ini bermula dari paksaan Jepang melakukan Seikeirei. Yakni penghormatan kepada kaisar Jepang. Penghormatan ini dilakukan dengan cara menghadap ke arah timur laut (Tokyo) dan membungkukkan badan. Cara ini dianggap oleh K.H. Zaenal Mustofa sebagai tindakan musyrik (menyekutukan Tuhan). Tindakan ini melanggar ajaran agama Islam.

Akibat penentangan itu, Jepang mengirim pasukan untuk menggempur Sukamanah. Akhirnya meletuslah pertempuran pada 25 Februari 1944 setelah salat Jumat. K.H. Zaenal Mustofa berhasil ditangkap. Ia ditahan di Tasikmalaya, kemudian dibawa ke Jakarta untuk diadili. Ia dihukum mati dan dimakamkan di Ancol. Pada 10 November 1974 makamnya dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Tasikmalaya.

3. Perlawanan Tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Blitar

Pada mulanya, pasukan Peta bertugas mengawasi romusha yang membuat pertahanan di daerah Pantai Blitar Selatan. Mereka melihat sendiri betapaberat pekerjaan romusha dan sengsara hidupnya. Ditambah lagi keadaan masyarakat yang sangat menderita. Pada 14 Februari 1945, berkobarlah perlawanan Peta di Blitar.

Perlawanan ini dipimpin oleh Syodanco Supriyadi, Muradi, Suparyono, dan Bundanco (komandan regu) Sunanto, Sudarmo, Halir Mangkudidjaya. Adapula dr. Ismail sebagai sesepuhnya. Setelah membunuh orang-orangJepang di Blitar, mereka meninggalkan Blitar. Sebagian menuju lereng Gunung Kelud. Sebagian lagike Blitar Selatan. Sayang, perlawanan mereka mengalami kegagalan.

Bulan Februari 1945 pasukan Sekutu berhasil merebut Pulau Iwo Lima di Jepang. Sejak saat itu kekuatan tentara Jepang semakin lemah. Untuk menarik simpati rakyat Indonesia, Jepang mengizinkan Indonesia untuk mengibarkan bendera Merah Putih di samping bendera Jepang. Lagu kebangsaan Indonesia Raya boleh dikumandangkan setelah lagu Kebangsaan Jepang Kimigayo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SINONIM

Dalam tes verbal ini kemampuan dan kecakapan berbahasa baik penguasaan perbendaharaan kata, tata bahasa, maupun kemampuan memahami teks d...